Diselenggarakan oleh Yayasan Bali Purnati bekerja sama dengan Direktorat Film, Musik, dan Seni serta Direktorat Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, pagelaran ini mengusung tema “Menjaga Maestro, Melangkah ke Depan.”
Lebih dari sekadar pertunjukan, Panggung Maestro ke-9 menjadi ruang penghormatan bagi para pelaku seni yang telah mengabdikan hidupnya untuk menjaga nyawa seni tradisi Indonesia agar terus hidup, relevan, dan dicintai lintas generasi.
Merangkai Warisan dari Bali dan Sumatra Barat
Dari Pulau Dewata, tampil para maestro Gambuh Batuan — I Made Djimat (83 tahun), I Wayan Bawa (60 tahun), dan Ni Wayan Sekariani (61 tahun) — mempersembahkan tarian sakral yang telah diwariskan sejak abad ke-14. Gerak halus dan ekspresi penuh makna menjadi pengingat akan kekayaan filosofi di balik setiap langkah tari Bali klasik.
Sementara itu, dari Ranah Minang, tampil para maestro yang membawa energi dan tradisi khas Sumatra Barat. Ada Asmar (82 tahun) dengan Gondang Baroquang, Asnimar (68 tahun) dengan Tari Piriang Suluah & Solok, Ernawati atau Tek E (66 tahun) dengan Dendang, M. Halim atau Mak Lenggang (63 tahun) dengan Saluang, dan Masri (71 tahun) dengan Tari Buai-buai.
Mereka mempersembahkan nada dan gerak yang lahir dari akar budaya masyarakat Minangkabau — sebuah harmoni antara keteguhan, kelembutan, dan kearifan lokal yang masih hidup hingga kini.
Lebih dari Sekadar Pertunjukan
Di tengah gemerlap lampu dan tepuk tangan penonton, tersimpan pesan yang dalam: bahwa kebudayaan hidup karena manusia yang menjaganya. Para maestro ini bukan hanya seniman, tapi penjaga ingatan kolektif bangsa.
Setiap gerak dan denting musik yang mereka tampilkan adalah wujud dari perjalanan panjang, dari desa ke kota, dari panggung kecil ke ruang pertunjukan nasional.
Pagelaran ini menjadi ruang pertemuan lintas generasi. Para penonton dari mahasiswa seni, peneliti budaya, hingga pecinta seni menyaksikan langsung bagaimana tradisi bukan sekadar masa lalu, tapi juga arah masa depan.
Menjaga dan Melanjutkan
Panggung Maestro ke-9 menjadi pengingat bahwa menjaga budaya bukan hanya tugas para maestro, tetapi tanggung jawab bersama. Melangkah ke depan berarti membawa warisan mereka ke ruang-ruang baru: dokumentasi, pendidikan, hingga panggung digital.
Melalui malam itu, setiap penonton seakan diajak untuk berjanji, untuk tetap merawat seni, menghargai para pelaku budaya, dan melanjutkan kisah mereka agar tak hilang ditelan waktu.
